Shalat Jenazah Dua Kali
Bolehkah shalat jenazah lebih dari sekali? Td pagi sudah nyalati. Ketika dibawa k masjid, bolehkah ikut shalat lagi?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Kita akan simak dua riwayat berikut,
Pertama, keterangan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, yang menceritakan peristiwa wafatnya Hamzah bin Abdul Mutthalib di perang Uhud,
لما وقف رسول الله صلى الله عليه وسلم على حمزة أمر به فهيئ إلى القبلة، ثم كبر عليه تسعا، ثم جمع إليه الشهداء، كلما أتي بشهيد وضع إلى حمزة، فصلى عليه، وعلى الشهداء معه حتى صلى عليه، وعلى الشهداء اثنين وسبعين صلاة
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak menshalati jenazah Hamzah, beliau meminta agar jenazahnya diposisikan di arah kiblat. Lalu beliau menshalatinya dengan 9 kali takbir. Setelah itu, dikumpulkan beberapa syuhada untuk beliau shalati. Setiap kali ada jenazah syuhada yang hendak dishalati, beliau letakkan jenazah Hamzah bersama mereka, lalu beliau menshalati Hamzah dan para syuhada lainnya. Hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menshalati Hamzah dan para syuhada lainnya sebanyak 72 kali shalat jenazah. (HR. Thabrani 11051 dan dishahihkan al-Albani)
Kedua, keterangan dari Ibnu Zubair radhiyallahu ‘anhu, masih terkait perang Uhud,
أن رسول الله صلى اله عليه وسلم أمر يوم أحد بحمزة فسجي ببردة، ثم صلى عليه فكبر تسع تكبيرات، ثم أتي بالقتلى يصفون، ويصلي عليهم. وعليه معهم
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada saat peristiwa Uhud, beliau meminta agar jenazah Hamzah ditutupi kain. Kemudian beliau menshalati Hamzah dengan 9 kali takbir. Kemudian ada beberapa jenazah lainnnya. Mereka ditata, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menshalati mereka dan menshalati Hamzah bersama mereka. (HR. at-Thahawi dalam Ma’ani al-Atsar, 1/290)
Kedua hadis ini bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menshalati jenazah Hamzah lebih dari sekali. Bahkan menurut keterangan Ibnu Abbas, beliau melakukan shalat jenazah sebanyak 72 kali. Hamzah beberapa kali beliau shalati, sementara jenazah lain, sekali.
Hanya saja, kita tidak menjumpai shalat jenazah berulang semacam ini, selain di peristiwa Uhud. Sementara untuk kondisi normal lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya melakukan shalat jenazah sekali untuk para sahabatnya. Karena itulah, para ulama memahami bahwa yang sesuai sunah, shalat jenazah hanya sekali.
Ibnu Qudamah menjelaskan,
ومن صلى مرة فلا يسن له إعادة الصلاة عليها، وإذا صُلي على الجنازة مرة لم توضع لأحد يصلي عليها
Siapa yang sudah menshalati jenazah sekali, maka tidak dianjurkan untuk mengulangi shalat jenazah kedua kali. Jika jenazah telah dishalati sekali (berjamaah bersama semuanya), maka tidak diberi kesempatan bagi siapapun untuk menshalatinya (dengan jamaah kedua). (al-Mughni, 2/385)
Dalam Ensiklopedi Fiqh dinyatakan,
وعند الشافعية والحنابلة: تسن الصلاة على الجنازة لكل من لم يصل أولاً، سواء أكان أولى بالصلاة عليه أم لم يكن
Menurut Syafiiyah dan Hambali, dianjurkan menshalati jenazah bagi setiap orang yang belum menshalatinya di kesempatan pertama. Baik dia orang yang memiliki hubungn khusus dengan mayit atau orang biasa, yang tidak memiliki hubungan khusus dengan mayiit. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 16/40).
Sebelumnya perlu dicatat, dalam fikih shalat jenazah, yang paling berhak menjadi imam dalam shalat jenazah berjamaah adalah pemerintah setempat. Karena itu, sebagian ulama menyebutkan, apabila ada orang yang shalat jenazah sebelum shalat jenazah berjamaah yang diimami oleh pemerintah setempat, maka dia boleh mengulang shalatnya.
Sebagai contoh, di kampung x, Harjo sebagai kadesnya. Dia yang paling berhak memimpin jamaah shalat jenazah. Shalat jenazah secara serempak akan diselenggarakan setelah dzuhur di masjid.
Tiba-tiba Paijo dan Bejo datang melayat ke rumah duka, dan mereka langsung melakukan shalat jenazah jam 9 pagi. Maka nanti ketika jenazah dishalati serempak di masjid, Paijo dan Bejo boleh ikut shalat jenazah yang kedua.
Dalam Badai as-Shanai’ – kitab madzhab Hanafiyah –, dinyatakan,
ولا يصلى على ميت إلا مرة واحدة، لا جماعة ولا وحدانا عندنا، إلا أن يكون الذين صلوا عليها أجانب بغير أمر الأولياء، ثم حضر الولي فحينئذ له أن يعيدها
Tidak boleh menshalati jenazah kecuali hanya sekali, baik berjamaah atau sendiri-sendiri – menurut madzhab kami –. Kecuali bagi orang-orang yang tidak memiliki hubungan khusus dengan mayit, yang melakukan shalat, tanpa ada intrusksi dari keluarga mayit. Kemudian datang yang berhak mimpin jenazah berjamaah. Ketika itu, dia boleh mengulang shalat jenazah. (Badai as-Shanai’, 1/311).
Ada juga yang memahami bahwa mengulangi shalat jenazah dibolehkan. Karena ini hakekatnya kebaikan.
Imam Ibnu Baz ditanya tentang hukum shalat jenazah lebih dari sekali. Jawaban beliau,
لا بأس لمن حضر الجنازة وصلى عليها مع الجماعة ثم حضر جماعة فصلى معهم عليها في المقبرة أو في أي مكان، لا حرج في ذلك إن شاء الله
Tidak masalah, orang (si x) yang menghadiri jenazah, lalu menshalatinya secara berjamaah. Kemudian datang lagi satu rombongan jamaah, dia (si x) boleh ikut shalat jenazah bersama mereka (jamaah kedua), di pemakaman atau tempat lainnya. Tidak masalah, insyaaAllah.
Kemudian Syaikh melanjutkan,
الواجب أن يصلى عليه مرة واحدة، لكن لو قُدِّر أنه صلى عليه أهل المسجد ثم جاء آخرون وصلوا عليه في المقبرة أو في مسجدٍ آخر وحضر معهم وصلى فلا بأس، كل هذا من مزيد الخير
Yang wajib, jenazah dishalati sekali. Akan tetapi, apabila terjadi, ada jenazah yang dishalati jamaah sebuah masjid, lalu datang jamaah lain, dan menshalati jenazah di pemakaman atau di masjid yang lain, sementara orang yang tadi ikut jamaah di masjid pertama gabung lagi untuk shalat jenazah, bolah dan tidak masalah. Semua ini bagian dari tambahan kebaikan.
Sumber: http://www.binbaz.org.sa/node/14065
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/25423-shalat-jenazah-dua-kali.html